Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Indramayu mengikuti kegiatan FGD Potensi Pengembangan Klaster Komoditas Volatile Food dan Komoditas Ekspor di Kabupaten Indramayu, bertempat di Cafe Kenangan Sahabat & Kitchen 7, Jl. Sudirman No. 84 Kabupaten Indramayu pada Jumat (30/04).
Kegiatan tersebut secara luring dibuka secara langsung oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon dan dihadiri oleh Bapak Sudono, Deputi Kepala Perwakilan BI Cirebon beserta jajarannya, H. Maman Kostaman, S.H., Asisten Ekonomi, Kesra, dan Pembangunan Setda Kabupaten Indramayu, Dr. Ir. Asep Suherman, M.P., Wakil Rektor II Universitas Wiralodra dan Ir. Yudi Mahmud, M.Pd., Kepala LPPM Uniwr, Ir. Ahmad Budiharto, M.M., Fungsional Perencana Bappeda Indramayu, Perwakilan Dinas Ketahanan Pangan, Perwakilan Dinas Pertanian, Manager Bank Jabar Cabang Indramayu, Perwakilan bagian Perekonomian setda Kabupaten Indramayu, Perwakilan Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian, Kepala UPTD BPP Kec. Jatibarang, Kepala Badan Pengawas dan Sertifikasi Bibit Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Satuan Pelayanan Subang, Muhaemin, Koperasi Gapoktan Tani Mulu/PT. Tani Mulus, Mara Ayi Sumarna, Ketua Kelompok Tani Sri Makmur 3, Ketua Kelompok Tani Cinta Tani Jaya, dan Unsur Fakultas Pertanian Unwir Indramayu.
Hasil kegiatan FGD tersebut diperoleh hal-hal sebagai berikut :
1. Kegiatan FGD dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan Program Pengembangan UMKM Bank Indonesia dalam mendukung pencapaian kebijakan utama Bank Indonesia khususnya dalam pemberdayaan klaster komoditas volatile food. Selain itu, sebagai tujuan akhir adalah pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Indramayu.
2. Acara Diskusi dipimpin langsung oleh Deputi Kepala Pwk. BI Cirebon.
3. Kegiatan diskusi yang dikemas sebagai FGD dilaksanakan sekaligus dengan Buka Puasa Bersama di Café Kenangan Sahabat Kitchen 7.
4. Pengembangan Klaster Komoditas Volatile Food yang langsung didampingi dan dibina oleh Bank Indonesia adalah khusus untuk Komoditas Beras. Meskipun komoditas unggulan lain termasuk hortikultura banyak tumbuh di Indramayu, namun beras sampai saat ini mendominasi sebagai produk masyarakat petani Indramayu dan dianggap sebagai komoditas volatile food yang dicirikan selalu mengalami pergerakan fluktuasi harga secara cepat, baik di tingkat pasar lokal maupun pasar nasional. Komoditas volatile food dapat memberikan sumbangan terhadap keadaan inflasi daerah dan nasional.
5. Program ke depan, ketika Program Pengembangan Klaster Komoditas Beras berhasil memberikan peningkatan kesejahteraan petani Indramayu, maka bukan tidak mungkin bisa bergeser ke komoditas unggul lainnya.
6. Bank Indonesia, melalui Deputi Kepala Pwk, menegaskan bahwa, pendampingan klaster UMKM dibagi menjadi 4 level; 1) level genjot produksi, 2) level peningkatan produksi, dan sukses petani, pada level ini dilakukan pembinaan pemasaran offline (tradisional); 3) level Digital Market; 4) level Go Eksport.
7. Sebagai contoh UMKM yang telah didampingi BI adalah Gapoktan Tani Mulus (yang saat ini sudah berubah menjadi PT. Tani Mulus), sudah berada pasa posisi ketiga yaitu sudah dapat melakukan pemasaran digital (digital marketing). Gapoktan Tani Mulus/PT. Tani Mulus melakukan pemasaran beras ke market-market modern, melakukan MoU dengan lembaga pemasarn dan BUMD, BUMN, Lembaga Kementerian. Program yang akan datang, bersama BI, Tani Mulus akan dibina sampai level Go Eksport.
8. Program berikutnya, akan disusul dengan Komoditas Beras Organik yang diproduksi oleh Kelompok Tani Sri Makmur Tiga Desa Krasak, Kec. Jatibarang.
9. Pertanian tanpa limbah di era pemasaran digital adalah menjadi salah satu solusi pengembangan model pembangunan pertanian yang menyejahterakan petani. Termasuk di dalamnya pemanfaatan berbagai macam sumberdaya lokal untuk penggunaan input produksi, sehingga biaya produksi menjadi lebih murah.
10. Pemerintah Kabupaten Indramayu mendapatkan kerjasama pengelolaan pertanian padi dengan investor asing (Vietnam) dengan model budidaya padi hamparan luas dan petani diberikan pendapatan yang sama (sesuai luas lahan), meskipun demikian program tersebut masih belum tentu dapat diterapkan di Indramayu. Hal ini karena penerapan teknologi belum tentu berhasil di daerah yang berbeda iklim, suhu, ketersediaan air, dan kesuburan lahan/unsur hara, serta budaya.
11. Peningkatan kesejahteraan masyarakat petani melalui pertanian padi hasur dibarengi dengan keberadaan rantai pasok (supply chain) yang bisa memberikan dukungan pasokan kebutuhan sarana produksi pertanian serta pasokan produk beras sampai ke titik konsumsi dengan tidak memberikan pendapatan tataniga yang diterina petani (farmer share) terlalu rendah.
12. Peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di Indramayu memerlukan model pengembangan agroindustri baik berbasis klaster komoditas beras, maupun seluruh komoditas unggulan yang ada. Agroindustri atau industri berbasis pertanian adalah salah satu solusi untuk penyerapan produk-produk pertanian skala besar, meningkatkan pendapatan petani, menjaga stabilitas harga komoditas, menjaga inflasi daerah dan nasional, serta meningkatkan nilai tambah (value added) produk-produk pertanian yang pada level berikutnya bisa dikondisikan untuk eksport.
13. Pertanian digital dan agroindustri merupakan suatu kondisi yang dibutuhkan para petani milenial yang dalam jangka panjang merupakan peradaban baru dalam dunia pertanian post modern di Indonesia.
Sumber : H. Imam Mahdi, SP.,MM. (Kasie. Kerawanan Pangan)